Rabu, 10 April 2019

"sembilan Naga" : Dari Naga Bonar Sampai Naga Buah


Sawah Ngasinan Jetis Ponorogo

Seperti biasanya, saya sering kali mondar mandir ponorogo-bungkal atau sebaliknya untuk aktivitas padat saya. Tentang organisasi kepentingan orang banyak bukan hanya persoalan segelintir orang dalam kelompok atau perut pribadi tentunya.
Sore ini spesial bagi saya, setelah beberapa hari tidak enak badan sepulang dari gunung lawu hari ini mulai membaik dan dapat menguasai diri.

Tulisan ini pada intinya hanya ingin sedikit mengulas tentang gambar yang jadi latar depan (bukan latar belakang), langit sore har cerah dengan awan (hampir) berbentuk kepala naga. Fenomena alam seperti ini benarnya bukan hal yang spesial karena dapat berbentuk apapun sesuai imajinasi masing-masing. Sembilan naga menjadi mulai hangat dibincangkan publik setelah pilpres 2014 lalu, kemenangan Jokowi dipandang oleh banyak orang sebagai 'kaki tangan' para naga sebagai pelicin jalan mereka dapat aman melenggangkan kaki bisnis mengeruk keuntungan dibumi Pertiwi nan seksi ini entah bagaimana hitungan bagi untung nya, yang jelas mereka para naga sangat memerlukan rasa aman dan butuh perlindungan dari parasit menurut mereka tentu parasit ini adalah kita para anak cucu Pertiwi.
Sembilan naga ini pun sebenarnya hanya yang terlihat saja masih banyak yang lebih besar dari naga berjumlah sembilan ini. Fenomena ini layaknya 'gunung es' dilautan hanya sebongkah yang terlihat namun ada bongkahan amat besar didasarnya. Sudah barang tentu mereka bukan bekerja sebagai serabutan amatir, mereka tersetruktur rapi dan rapat dari hulu hingga ke hilir dan yang tak boleh dipandang remeh mereka loyal kepada sesama nya. Jika sekilas, ini bukan hal mudah menemukan celah sebesar jarum pun.
Kelebihan mereka lainnya juga memiliki modal dengan jumlah tak terhingga, maka lengkaplah sudah sistem pertahanan mereka untuk tetap mencokol mentereng gagah memperkosa pertiwi yang semakin kurus dan bertambah umur ini. Lalu dengan apa bisa menggoyahkan mereka.? Salah satu cara paling efektif dan 'masih bisa' dilakukan adalah mengubah regulasi dengan lebih tidak membuat mereka bisa tidur malam atau sekedar bermimpi disiang yang mendung. MengKiblat dengan yang sudah dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta Anis Rasyid Baswedan atau saya lebih suka menyebut beliau sebagai gubernur Indonesia sebagai rasa tidak puas saya atas sosok presiden yang ada hari ini. Anis membuktikan bahwa dengan kekuasaan bisa merubah ke arah lebih baik tentunya jika kekuasaan itu dipimpin oleh orang baik pula. Lalu dukungan dari masyarakat luas juga mutlak diperlukan untuk memberi spirit dan dukungan moral kepada pemimpin agar lebih mantap dalam mengambil keputusan dan arah kebijakan sesuai keinginan rakyat untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno memiliki tugas berat menyelesaikan ini semua, bukan hanya tekanan dari luar akan tetapi 'tikaman' dari dalam lah yang membahayakan. Namun dengan sikap sebagai negarawan ini bukan hal baru bagi Prabowo, lobbying dan komunikasi yang efektif akan menjadi kunci utama membersihkan jamur ber Abad ini tentunya bagi Sandiaga Uno ini juga lumrah karena karirnya di bisnis juga menggunakan dua pendekatan ini. Saya yakin rakyat setuju jika kekayaan pertiwi dimanfaatkan dan di kelola dipertiwi juga agar semua anak cucu Pertiwi dapat merasakan nya, untuk menambah keyakinan. Saya pun mengajak untuk bersama-sama berjuang bersama Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk menciptakan Adil Makmur.